TUGAS MATA KULIAH
ETIKA DAN NILAI LINGKUNGAN
“JEJAK EKOLOGIS”
(ECOLOGICAL FOOTPRINT)
NAMA : RIMA OKTAVIA, SKM
NIM : 12.13101.10.07
DOSEN PEMBIMBING
PROF. DR.Ir. H. SUPLI EFFENDI RAHIM,
M.Sc
PROGRAM PASCA SARJANA KESEHATAN
MASYARAKAT
STIK BINA HUSADA
TAHUN 2013
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang
Menurut Undang –Undang No. 32 Tahun
2009, yang mengungkapkan bahwa pertama daya dukung lingkungan hidup adalah
kemampuan lingkungan hidup untuk mendukung perikehidupan manusia dan makhluk
hidup lain. Kedua daya tampung lingkungan hidup adalah kemampuan
lingkungan hidup untuk menyerap zat, energi dan/atau komponen lain yang masuk
atau dimasukkan ke dalamnya.
Selain itu menarik dengan adanya definisi daya
dukung menurut pakar seperti pendapat Soemarwoto pada tahun 2001 yang
mengungkapkan daya dukung lingkungan pada hakekatnya adalah daya dukung
lingkungan alamiah, yaitu berdasarkan biomas tumbuhan dan hewan yang dapat
dikumpulkan dan ditangkap per satuan luas dan waktu di daerah itu. Kemudian
lain pula pendapat Khanna pada tahun 1999, yang memaparkan daya dukung
lingkungan hidup terbagi menjadi 2 (dua) komponen, yaitu kapasitas penyediaan (supportive
capacity) dan kapasitas tampung limbah (assimilative capacity).
Kadang tanpa kita sadari dalam suatu masa pasti ada warna yang jadi tren.
Pada awalnya millennium (akhir 1990 sampai awal 2000), warna yang mendominasi
adalah perak, dan masa kelahiran web 2.0 ( pertengahan 2000) diwarnai oleg
orange dan abu-abu tua. Pada akhir dekade ini, temanya apalagi kalau bukan
hijau.
Kesadaran masyarakat bumi terhadap
pemanasa global meski tetap merusak bumi telah memicu gerakan cinta lingkungan
secara besar-besaran. Sekarang hampir semua perusahan besar sudah menerapkan
kebijakan “teknologi hijau”. Terlepas dari bagamana sikap perusahan besar, kita
sebagai penduduk biasa di bumi juga bisa ikut melestarikan lingkungan secara
pribadi, baik lingkungan di dunia maya maupun lewat dunia maya.
Ada satu istilah yang berkaitan
dengan gaya hidup orang modern dan kelestarian lingkungan. Namanya “ecological
footprint” atau kalau diterjemahkan secara bebas artinya “jejak ekologi”. Semua aktivitas dan kebutuhan hidup manusia
dari lingkungan harus disesuaikan dalam luas area yang dibutuhkan untuk
mendukung kehidupan manusia. Luas area untuk mendukung kehidupan manusia
ini dikenal dengan sebutan jejak ekologi (ecological footprint). Manusia harus mengetahui
tingkat keberlanjutan sumber daya alam dan lingkungan, kebutuhan hidup
manusia kemudian dibandingkan dengan luas aktual lahan produktif. Perbandingan
antara jejak ekologi dengan luas aktual lahan produktif ini kemudian dihitung
sebagai perbandingan antara lahan tersedia dan lahan yang dibutuhkan.
Setiap kita memainkan satu peranan dalam memastikan
kesehatan masa depan dan kesejahteraan bagi semua orang, hewan, tumbuh-tumbuhan
dan ekosistem di planet ini. Pilihan yang bertanggung jawab dapat membantu kita
menghemat energi, melindungi habitat dan membangun masa depan yang
berkelanjutan bagi masyarakat di seluruh dunia.
Jejak ekologi pada asasnya ialah kemampuan sumber
tanah dan air menyediakan sumber yang diperlukan oleh manusia ( makanan, minuman,
tempat tinggal dan lain-lain) serta kemampuan untuk bumi untuk menyerap semua
bahan buangan manusia sesudah mereka menggunakannya. Dengan kata lain sumber
yang digunakan oleh manusia dibandingkan dengan kemampuan bumi untuk
menghasilkan semua bahan yang sudah digunakan. Konsep ini pada awalnya
dibangunkan oleh Profesor Willian Rees dari Universiti British Colombia pada
tahun 1992.
Kini konsep jejak ekologi telah digunakan dengan
meluas sebagai petunjuk kelestarian alam sekitar. Jejak ekologi dapat membantu
pihak governan merancang sistem kehidupan manusia. Manusia di dalam memenuhi
kehendak menjalankan aktivitas ekonomi seperti pertanian, pembalakan, dan
sebagainya. Melalui jejak ekologi, penggunaan sumber alam oleh manusia dapat
diketahui, semua penggunaan tenaga seperti tenaga biomas,air,bahan binaan
kepada kiraan ukuran tanah yang dinamakan global hektar (atau di dalam unit
yang dinamakan gha)
Semakin besar kiraan global hektar semakin besar jejak
ekologi. Semakin besar jejak ekologi, maksudnya sumber alam digunakan secara
leluasa, tanpa perancangan yang baik. Hal ini karena permintaan terhadap sumber
alam terlalu banyak mengatasi kemampuan bumi untuk menghasilkan semula bahan
yang sudah digunakan. Jadi jejak ekologi merupakan konsep yang sangat berkait
dengan pembangunan yang lestari serta penerapan konsep kehidupan yang mesra
alam. Pembangunan yang terancang serta mementingkan konsep mesra alam menjadi
petunjuk jejak ekologi yang rendah. Setiap aspek akan diambil untuk
membangunkan sektor ekonomi seperti tenaga yang digunakan, penggunaan ruang
tanah, akibat penggunaan sumber alam tadi, dan langkah penyesuaian atau
pemeliharaan serta pemeliharaan untuk mengekalkan keseimbangan ekologi demi
generasi akan datang.
Di dalam ajaran islam juga mengajarkan tentang
keseimbangan ekologi. Hal ini dapat dilihat dalam surat Yaasin ayat 39 sebagai
berikut :
لَا الشَّمْسُ يَنبَغِي لَهَا أَن تُدْرِكَ الْقَمَرَ وَلَا اللَّيْلُ سَابِقُ النَّهَارِ وَكُلٌّ فِي فَلَكٍ يَسْبَحُونَ
“Dan bulan, telah Kami tetapkan manzilah-manzilab
baginya, sehingga ia kembali sebagai bentuk tandan yang tua” (QS: Yaasin:39)
Bulan juga telah diprogram dengan suatu ketetapan
untuk berjalan melintasi fase-fasenya yang berbeda-beda. Tanpa fase-fase ini
kehidupan dan keseimbangan ekologi bumi tidak dapat berlanjut. Bulan dan
cahayanya memiliki pengaruh besar terhadap tumbuh-tumbuhan dan siklus
pertumbuhannya, juga terhadap manusia dan makhluk hidup lainnya, karena adanya
pasang surut yang ditimbulkannya. Siklus bulan-membesar dan menciut-melambangkan
siklus alam dan tumbuh hingga mencapai puncaknya kemudian menciut dan akhirnya
mati. Segala yang ada di alam mengalami siklus perputaran, termasuk manusia
yang berkembang dari posisi lemah ketika bayi menjadi kuat secara fisik ketika
dewasa, dan akhirnya kembali lagi ke posisi lemah ketika tua sampai akhirnya
meninggal.
B.
Tujuan
a.
Untuk mengetahui
gambaran dan metode pengukuran jejak
ekologis penulis dalam satu tahun.
b.
Memberikan
gambaran kebutuhan lahan perorang pertahun berdasarkan kriteria di Indonesia.
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
A.
Ekological Footprint
a.
Pengertian
Ecological Footprint adalah alat bantu untuk dapat kita pergunakan dalam mengukur penggunaan sumberdaya dan kemampuan menampung limbah dari
populasi manusia dihubungkan dengan kemampuan lahan, biasanya dinyatakan dalam
hektar. Ecological Footprint dapat digunakan sebagai ukuran prestasi
kita dalam mendukung keberlanjutan bumi ini, dan menjadi indikator terbaik dan
efisien dalam mendukung keberlanjutan kehidupan. Alat ukur ini menjadi penting
dalam konteks untuk mengetahui apakah kegiatan konsumsi yang kita lakukan masih
dalam batas daya dukung lingkungan ataukah sudah melewatinya, dengan kata lain
masih dalam surplus ataukah sudah dalam defisit (penurunan kualitas)
ekologi.
Ecological Footprint secara sederhana dapat ditentukan dengan menelusuri berapa besarnya
konsumsi sumberdaya alam (baik berupa produk ataupun jasa), serta sampah yang
kita produksi dan disetarakan dengan area permukaan bumi yang produktif secara
biologis dalam satuan luasan hektar (ha).
b.
Konsep Ecologi footprint
Tapak ekologi (Ecological Footprint)
adalah konsep untuk mencermati pengaruh manusia terhadap cadangan dan daya
dukung bumi
Memahami tapak ekologi memungkinkan untuk
melihat seberapa besar kekayaan alam (‘renewable’) yang masih tersisa, dan
seberapa besar pengaruh konsumsi manusia terhadap ketersediaannya
Tapak ekologi atau ecological footprint adalah
perangkat analisis untuk mengukur dan mengomunikasikan dampak pemanfaatan
sumber daya pada lingkungan. Komponen yang dianalisis dalam tapak ekologi
adalah penggunaan energy langsung.
·
material dan
limbah
·
pangan
·
transport
personal
·
air
·
bangunan
c.
Perilaku konsumen
Jika
manusia (secara keseluruhan, kaya ataupun miskin) menjadi tertuduh atas
penyebab kerusakan lingkungan dan perubahan iklim, apa yang bisa dilakukan.
Sekarang ini target yang dilakukan oleh para pembela lingkungan adalah
bagaimana sesegera mungkin orang dapat mengubah pola gaya hidup dan perilaku.
Ada
empat faktor yang diperkirakan dapat menentukan perubahan bagi perilaku
manusia, baik secara individual maupun kolektif yaitu :
1. Nilai-nilai moral
dan budaya didalamnya termasuk nilai keagamaan yang mengkristal.
Dengan
keyakinan, seseorang akan terdorong untuk tidak cenderung merusak atau
melakukan sesuatu berlebih-lebihan. Misalnya agama sangat menganjurkan manusia
tidak berlaku boros dan bertindak mubazir. Di lain pihak, budaya pula yang
dapat mendorong atau menahan seseorang berperilaku konsumtif dan hedonis.
2. Pendidikan, yang
diharapkan mampu meningkatkan kapasitas seseorang, baik individu maupun
kolektif, dalam menyikapi dan mengubah diri untuk mendukung gaya hidup yang
lebih ramah lingkungan.
3. Perundang-undangan
atau aturan dan tata kerja yang jelas, yang mendorong manusia tidak akan secara
sembrono menguras sumber daya alam. Kealpaan dalam menerapkan sistem legal ini
sangat krusial dan pernah terjadi di Indonesia, sehingga tidak ada ketentuan dan
pembatasan kepemilikan hak pengusahaan hutan. Seorang taipan pernah
diperbolehkan menguasai konsesi hingga 5 juta hektare dan berhasil mempercepat
pengurasan sumber daya kemudian menimbulkan kerugian negara.
4. Harga pasar, yang
mendorong seseorang bergerak mengeksploitasi sumber daya guna mendapatkan
keuntungan sebanyak-banyaknya. Contoh yang baik sekarang ini tengah terjadi.
Ketika crude palm oilmeninggi, animo dan nafsu para investor serta
pelaku bisnis akan lebih agresif guna membuka kebun-kebun sawit baru, sehingga
mereka harus menggusur hutan-hutan alam yang mempunyai nilai ekonomi dan
ekologi jangka panjang serta bermanfaat di masa yang akan datang.
Jejak ekologis adalah ukuran seberapa besar
kebutuhan manusia akan sumber daya alam dibandingkan dengan ketersediaannya di
bumi. Misalnya, saat membeli sebuah pakaian baru berarti kita telah
menghabiskan sejumlah sumber daya alam. Katakanlah sekian liter air digunakan
untuk menyirami si pohon kapuk yang akan dijadikan kain. Selain itu kita juga
menghabiskan sejumlah bahan bakar minyak untuk mengangkut kapuk tersebut ke
pabrik. Juga bahan bakar minyak untuk menghidupkan mesin yang akan mengolah
kapuk hingga menjadi kain.
Sebut saja kain tersebut kemudian dijahit
dengan menggunakan mesin jahit listrik, maka kita juga telah menggunakan
sejumlah energi dari batu bara untuk membangkitkan sumber listrik. Kemudian
bahan bakar minyak juga digunakan untuk mengangkut pakaian yang telah jadi
untuk dipasarkan. Jika pakaian ini adalah hasil impor dari luar negri, tentu
lebih banyak lagi bahan bakar yang dibutuhkan untuk membuatnya sampai ke tangan
kita.
Jejak kaki ekologis menganalisa perbandingan
kebutuhan manusia terhadap alam dengan kemampuan alam untuk meregenerasi
sumberdayanya. Jejak kaki ekologis diukur dengan menganalisa jumlah dari lahan
produktif darat dan laut yang dibutuhkan untuk memenuhi konsumsi yang
diperlukan manusia. Dalam metode penghitungan jejak kaki ekologis, semua bentuk
sumber daya alam dikonversi dalam sebuah satuan pengukuran yang disebut global
hektar (gha).
Dengan menggunakan asesmen ini, memungkinkan
untuk memperkirakan berapa banyak bagian dari planet bumi yang akan dibutuhkan
untuk mendukung kehidupan setiap orang dengan gaya hidup yang dijalaninya.
B.
Penduduk dan Daya
Dukung Lingkungan
Manusia
dengan berbagai macam kegiatannya menghasilkan limbah. Ketika jumlah penduduk
masih sedidik terdapat keseimbangan antara jumlah limbah yang dibuang dengan
kemampuan pemurnian dari lingkungan sehingga lingkungan tidak mengalami
pencemaran atau tingkat pencemaran yang rendah (Soemarwoto, 1995).
Dengan
makin meningkatnya jumlah penduduk disuatu wilayah maka jumlah limbah yang
dihasilkan melampaui kemampuan lingkungan untuk memurnikan diri akibatnya
terjadilah pencemaran lingkungan.
Dihubungkan dengan jumlah penduduk
yang dapat ditampung oleh lingkungan hidup disuatu wilayah secara
berkelanjutan, konsep daya dukung menjadi lebih rumit karena peranan yang unik
dari kebudayaan manusia. Terdapat tiga factor kebudayaan yang saling terkait
secara kritikal dengan daya dukung suatu wilayah (ranganathan dan daily, 2003)
yaitu :
1. Perbedaan-perbedaan
individual dalam hal tipe dan kuantitas sumber daya yang dikonsumsi.
2. Perubahan yang
cepat dalam hal pola konsumsi sumberdaya.
3. Perubahan
teknologi dan perubahan budaya lainnya.
Ecological footprint (jejak ekologi) adalah
suatu metode penghitungan sumberdaya yang memperkirakan konsumsi sumberdaya
alam dan penyerapan limbah yang diperlukan sebuah populasi manusia atau
kegiatan ekonomi dalam bentuk :
1.
Luas lahan area
produktif (Wackernagel and Rees, 1996).
Analisis jejak ekologi ini menghitung dampak
aktifitas manusia terhadap alam. Metode ini mampu menjawab pertanyaan dasar
pembangunan berkelanjutan, yaitu seberapa besar sumberdaya alam yang telah digunakan
manusia dibandingkan dengan ketersediaannya sehingga konsep ini dapat membantu
mencapai pembangunan keberlanjutan. Menurut Wackernagel et.al. (2005)
penelitian tentang jejak ekologi merupakan salah satu upaya mendukung
keberhasilan pemerintah nasional ataupun lokal dalam membantu penduduknya hidup
berkecukupan baik sekarang maupun dimasa depan. Walaupun keberadaan modal
alami, kemampuan alam untuk menyediakan sumber daya dan pelayanan ekologi
bukanlah satu-satunya penentu keberhasilan ini. Namun tanpa modal alami, visi
tersebut menjadi tidak mungkin untuk diwujudkan. Hasil penelitian
Globalfootprint Network tahun 2006 dengan populasi penduduk dunia 6,6 milyar
jiwa, menunjukan total biocapacity (kapasitas produksi secara hayati) adalah
11,9 milyar global hektar (gha) atau 1,8 gha perkapita, sedangkan total jejak
ekologi adalah 17,1 milyar gha atau 2,6 gha perkapita. Hal ini berarti
rata-rata penduduk bumi mengalami defisit 0,8 gha, yang berarti diperlukan 1,44
planet bumi untuk menopang kehidupan manusia. Penggunaan bumi berdasarkan jejak
ekologi tahun 2006 adalah jejak karbon (carbon footprint) sebanyak 9,1 milyar
gha, jejak pertanian (cropland footprint) 3,7 gha, jejak hutan (forest
footprint) 1,8 gha, jejak penggembalaan (grazingfootprint) 1,4 gha, jejak
perikanan (fisheries footprint) 0,6 gha dan jejak terbangun (build footprint) 0,4 gha (Globalfootprint network, 2006).
2.
Jika konsumsi
manusia lebih besar dari biokapasitas alam akan mengakibatkan kerusakan
lingkungan akibat ekstraksi sumberdaya alam yang berlebihan dan akan menurunkan
kemampuan alam dalam mendukung kebutuhan hidup manusia. Salah satu konsumsi
yang besar pengaruhnya dalam perhitungan jejak ekologi adalah konsumsi pangan
(Wackernagel and Rees, 1996). Jejak makanan (food footprint) menghitung dampak
aktifitas konsumsi pangan manusia terhadap alam. Dampak meliputi area lahan
yang dibutuhkan untuk memproduksi biomassa, lahan hutan untuk menyerap sampah
dan CO2 dalam produksi tersebut dan lahan perairan dalam memproduksi perikanan.
Semakin jauh lokasi sumber pangan dengan konsumen dan semakin sering
mengkonsumsi pangan kemasan, maka semakin besar pula luasan lahan yang
diperlukan untuk memenuhinya(Bond, 2002).
Penghitungan ekologi Footprint
selalu didasarkan dengan lima asumsi (venetoulis dan thalberth, 2005) sebagai
berikut :
1. Sangat mungkin
menelusuri jejak hampir seluruh sumber daya yang dikonsumsi orang dan limbah
yang dihasilkannya. Informasi ini dapat ditemukan di kantor statistic.
2. Hampir semua
sumber daya dan aliran limbah dapat dikonfersi menjadi area produktif biologis
yang dibutuhkan untuk memelihara aliran tersebut.
3. Perbedaan area
dapat diekspresikan dalam satu unit yang sama (hektar atau are) yang disebut
dengan skala proporsional produktivitas biomassa.
4. Sesudah setiap
ukuran lahan distandarisasi yang menunjukan jumlah yang sama dari produktivitas
biomassa, maka dapat ditambah dengan jumlah permintaan yang ditunjuk oleh
manusia.
5.
Area bagi total untuk permintaan manusia ini
dapat dibandingkan dengan jasa ekologis yang ditawarkan alam, saat itulah kita
dapat menaksir area produktif diatas planet.
Sumber : rundle10.wikispaces
C.
Kebutuhan Lahan perorang pertahun berdasarkan kriteria di
Indonesia
Tabel 1. Kebutuhan Lahan perorang
pertahun berdasarkan kriteria
No
|
Kebutuhan Lahan
|
Jumlah (Ha/ orang)
|
Persentase
|
1
|
Lahan energi
|
0.201
|
25.70
|
2
|
Lahan terdegradasi
|
0.26
|
33.30
|
3
|
Kebun
|
0.026
|
3.33
|
4
|
Lahan pertanian
|
0.013
|
1.66
|
5
|
Lahan peternakan
|
0.072
|
9.21
|
6
|
Hutan
|
0.21
|
26.90
|
|
Total Kebutuhan Lahan
|
0.78
|
100
|
Sumber : Laporan Final Kajian daya Dukung Lingkungan P.Jawa, Jakarta PT.
Lemtek Konsultan Indonesia, 2007.
Rincian asumsi untuk menetapkan kebutuhan lahan perorang adalah :
1.
Kebutuhan pangan adalah
berdasarkan 4 sehat 5 sempurna
2.
Kebutuhan papan digunakan
standart T 76 perumahan dept. PU :90 m2 untuk keluarga terdiri dari 3 orang
atau 20-30 m2 per orang.
3.
Kebutuhan transfortasi
setara 120 kg beras /tahun
4.
Kebutuhan energi setara
120 kg beras / tahun
5.
Kebutuhan untuk daur
ulang (air, CO2, limbah/sampah lainnya) setara dengan 120 liter air/hari untuk
kemampuan hutan mendaur ulang air 0.3 liter air untuk setiap 1 liter dengan
tinggi curah hujan rata-rata 2000-2500 mm dan 56 kg CO2 perhektar hutan serta
keanekaragaman hayati.
Manusia hidup butuh PANGAN yang
didapatkan dari proses BUDIDAYA TANAMAN, yang butuh lahan yang luas. Luasan
lahan pertanian di Indonesia saat ini mengalami penciutan akibat perubahan
fungsi.
Daya dukung bumi (earth
carrying capacity) secara spasial berhubungan dengan ketersediaan lahan
dimana suatu komunitas tinggal. Konsep kapasitas daya dukung bumi tersebut
mengukur besaran maksimum populasi yang mampu ditopang secara berkelanjutan
oleh luasan area tertentu di bumi.
BAB III
PEMBAHASAN
Analisis
EF (ecological footprint) sendiri tampaknya beranjak dari pemikiran yang
sederhana, yakni kapasitas daya dukung area (lahan) produktif (biocapacity)
untuk hidup manusia. Lahan produktif itu hanya berupa daratan dan perairan,
yang sebenarnya pun tak bisa dimanfaatkan keseluruhannya. Jadi berapa yang bisa
diambil dari alam oleh manusia untuk hidup dan berapa sampah yang harus kembali
dibuang ke alam oleh manusia dalam cakupan wilayah tertentu. Eksploitasi oleh
manusia dari alam itu bisa dalam bentuk dan berbagai macam kegiatan, misal
makan, transport, energi, dan sebagainya. Besaran area analisisnya adalah
populasi penduduk yang bisa sangat bervariasi, mulai dari individu atau
keluarga, atau melebar mulai dari kota, wilayah, negara, atau bahkan seluruh
bumi. Kondisi saat ini pun diketahui
bahwa kapasitas penggunaan alam untuk hidup manusia telah 23% melampui
kemampuan regenerasi bumi itu sendiri. Dalam istilah EF, kelebihan dari
kemampuan daya dukung alam ini disebut overshoot.
Mengutip
temuan Mathis Wackernagel dkk. bahwa individu di bumi ini saat ini mengambil
jatah rata-rata sekitar 2.2 ha, namun karena ada hak pula dari makhluk lain
yang dinamakan “earth share”, maka jatah manusia sebenarnya tinggal 1.87 ha.
Untuk kasus saat ini saja, penduduk bumi telah berhutang hampir 0.4 ha. Dari
beberapa laporan studi ternyata juga terlihat bahwa makin majunya sebuah negara
makin besar jejak ekologi yang harus dibayarnya. UAE 11.9, Amerika 9.5 ha,
Inggris 5.45 ha, Wales 4.45 ha, Swiss 4 ha, Indonesia 1.1 ha, dan Bangladesh
rata2 0.5 ha. Membacanya, untuk menuruti gaya hidup orang Amerika, maka area
yang mereka huni harus dijembarkan menjadi 9.5 kalinya sekarang. Mereka juga
telah mengalami apa yang dinamakan ecological deficit, sedang orang
Bangladesh boleh lah disebut memiliki ecological reserve. istilah ini
digunakan untuk membandingkan jejak ekologi dan kapasitas biologinya.
Beberapa
faktor yang menjadi komponen penghitungan adalah bagaimana jejak rantai makanan
(food), tempat berteduh (shelter), perjalanan untuk
berkegiatan (mobility), barang (goods), jasa (service).
Dari 5 jejak ini terasa mobilitas, makanan, dan perumahan mendapat porsi
penyelidikan yang besar. Sebaliknya barang dan jasa hanya sekelumit mendapat
penilaian.
Jejak Ekologiku
Jejak ekologi adalah satu sistem yang mengukur
seberapa banyak tanah dan air yang diperlukan populasi manusia untuk
menghasilkan sumber yang mereka habiskan dan menyerap limbah yang
dihasilkannya. (Wackernagel & Rees, 1996)
Lembar kerja
berikut adalah perhitungan kasar yg menunjukkan seberapa besar jejak ekologi
saya dan bagaiman pilihan yang saya buat menjadikan jejak ekologis saya
menyusut atau meluas.
Menghitung Seberapa
Besar Jejak Ekologiku.
A. Transportasi
1. Dengan apa
anda bepergian hari ini?
a) Berjalan…..0
b) Bersepeda…..5
c) Dengan Angkutan Umum…. 10
d) Menumpang.....15
e) Kendaraan
Pribadi …. 2 x 30
(Kalikan setiap skor
dengan berapa sering metode tsb dipakai
dalam satu hari dan kemudian di total.)
Nilaiku 60
Sub-Total: 60
B. Penggunaan Air
1. Seberapa banyak
air yang digunakan?
a) Tidak
mandi….0
b) Mandi, 1-2
menit. ….5
c) Mandi, 3-6 menit.…. 2 x 10
d) Mandi, 10
menit ….. 20
e) Mandi dengan
air satu bath tub penuh….20
f) Mandi dengan
air setengah bath tub….10
g) Mandi dengan
air bekas orang lain….10
h) Menggosok
gigi dg air kran tetap mengucur….5
i) Mencukur
kumis/jenggot dengan air kran tetap mengucur….5
Nilaiku 20
Sub-Total: 20
C. Berpakaian
1. Saya menggunakan pakaian lebih dari sekali
sebelum di cuci?
a) Sering….0
b) Kadang-kadang….1 x 5
c) Tidak
pernah….10
2. Saya
menggunakan pakaian bekas (yg diperbaiki)
a) iya….(-5) b) tidak….0
3. Saya
memperbaiki baju saya sendiri?
a) ya….(-5) b) Tidak….0
3. 50% dari
baju saya adalah baju turunan?
a) ya….(-5) b) tidak….0
4. Saya membersihkan
dan mengeringkan baju?
a) none….0 b)
1-5 lembar….10 c) lebih dari 6 lembar….20
Nilaiku 25
Sub-total: 25
D. Rekreasi
Mengenali permainan,
olahraga, dan aktivitas dimana aku terlibat, pada hari biasa di waktu senjang.
1. Seberapa banyak
peralatan yg diperlukan ?
a) tidak ada atau sedikit..0 b) beberapa….1x 10 c)
cukup banyak….20
2. Seberapa
luas lahan yg dibutuhkan untuk bermain di lapangan, dataran es, kolam renang,
untuk memenuhi kebutuhan rekreasi anda?
a) tidak ada atau sedikit….0 b)
sedang (<1 hektar) 1x 10 c) cukup besar (>hektar)…20
(Lihat tabel konversi pada akhir kuis untuk
bantuan)
3. Saya menghabiskan uang hari ini untuk belanja
(pakaian, baju, peralatan olahraga)?
a) Tidak ada….0 b)$5…5 c)$10…10
c)$10+…1 pt. per dollar
Nilaiku 20
Sub-Total: 20
E. Makanan
1. Berapa porsi
daging yang dimakan sehari?
a) 0….0
b) 1 porsi….1 x 10 c) 2
porsi….20 d) 3 porsi….30
2. Seberapa
banyak makan bersisa di piring?
a) tidak ada…1x
0 b) sedikit….5 c) cukup
banyak….10
3. Saya mengkonsumsi campuran sisa sayur dan buah?
a) ya….0 b) tidak….1 x 10
4. Makanan yg
saya makan adalah makanan lokal?
a) semuanya….0
b)
beberapa...1x 10 c) tidak ada….20
5. Makanan yg
saya makan adalah produk organik?
a)
semuanya….0 b)
beberapa..1x 10 c)
tidak ada….20
6. Makanan yg
dikonsumsi dibunkus plastik/kertas?
a)
Tidak….0 b)
beberapa….1x 10 c) Semuanya….20
Nilaiku 45
Sub-Total: 45
F. Sampah
1. Jika saya membuang seluruh sampah
pada hari ini, seberapa besar penampungan sampahnya?
a) peti
kayu….30
b) kotak sepatu….1x 20
c) secangkir….5
d) tidak ada
sampah….0
Nilaiku 20
Sub-Total: 20
Add Sub-Totals
of “A-F” = Total 1 : 190
Adapun total
sub nilaiku untuk A-F (Total 1) = 190
G. Ruang Tinggal
Hitung dalam satuan
meter persegi ruang indoor yang diperlukah dlm keseharian. Termasuk semua
ruangan di rumah (termasuk garasi), sekolah (kantin, kelas), kantor (ruang
kantor pribadi, area kerja, toilet). Bagi luas total ruangan dg jumlah orang di
dalamnya.
Contoh :
Living Space Averages Educ.
Space/Per Student
Ave. Dorrm Space - 25
sq m Classroom
& Lab - 30 sq m
Ave. Apt. space -
35 sq m Administration - 3 sq m
Other
- 5 sq m
Add up “a-d” for
“Total Square Meters”.
(1 sq. meter = 10 sq.
feet)
a) “Home” sq. meters = 240
divided
by # of people = 40 Sq meters
b) School sq. meters = __________________
divided by # of people =
__________________ Sq meters
c) Office sq. meters = 100
divided
by # of people = 2 Sq meters
d) other sq. meters = __________________
divided by # of people =
__________________ Sq meters
Nilaiku untuk Total 2 = 42
Total 2 : 42
TOTAL KESELURUHAN= (Total 1 + Total 2)
X 3
( 190+42) x 3
= 232 x
3 = 696
Saya telah menghitung
total dari ‘tiga’ tipikal keseharianku. Sekarang total keseluruhan tersebut
menjadi jejak ekologis pribadiku, menggunakan rumus dibawah:
Total keseluruhan dibagi 100 = jejak ekologis anda dalam satuan hektar
JADI JEJAK EKOLOGIS PRIBADI = 6,96
HEKTAR
BAB IV
PENUTUP
1.
Dalam hitungan jejak
ekologi (ecological footprint), kita bisa menilai sejauhmana tingkat konsumsi
kita mempengaruhi kualitas lingkungan hidup kita dan tentu saja berapa besar
kemudian korban yang ditimbulkan akibat kerusakan lingkungan hidup yang
bersumber dari pola konsumsi. Hitungan jejak ekologi ini memang cara menghitung
dengan cepat dan relatif akurat untuk perseorangan yang bisa dihitung perbulan
atau pertahun, dan tentu saja ini bisa diterapkan dimana saja termasuk di
Indonesia yang tingkat kerusakan ekologinya begitu tinggi. Hasil dari hitungan
ecological footprint kita mungkin akan sangat mengagetkan, tapi hitungan ini
sekaligus bisa menjadi “alat” bagi kita untuk mulai mengurangi tingkat
konsumerisme dalam kehidupan sehari-hari.
2.
Jejak ekologi
pribadi saya adalah 6,96 Hektar. Berarti jejak ekologi saya telah melebihi
standar yang ada. Sekarang tinggal saya berusaha meminimalisir hal-hal dalam
kehidupan saya agar tidak merusak lingkungan yang telah diciptakan ini.
DAFTAR
PUSTAKA
fpips.upi.edu/berita-116-.html
www.conservation.org/global/indonesia/berubah/pages/mar...
Nukilan
Love Hijau on Selasa, 28 Jun 2011
quran.al-shia.org/id/tafsir/tafsir-Sureh-Yasin/05.htm
bumihijaudaun.blogspot.com/
Dirjen ESDM. 2010. Kebijakan Penyediaan, Pemanfaatan dan Tata Niaga Bahan Bakar Nabati (Biofuel) Sebagai
Bahan Bakar Lain. Makalah Seminar. FP UB-Dirjen ESDM Departemen Energi Dan
Sumber Daya Mineral, 15 Januari 2010
DirjenPLA. 2005. Rencana
Aksi Pemantapan Ketahanan Pangan 2005–2010. Lokakarya Pengelolaan Lahan &
Air Untuk Pemantapan Ketahanan Pangan. Dirjen PLA Departemen Pertanian, 3
Oktober 2005
FAO. 2007. www.fao.
Hairiah.K,Mein e van Noordwijk, and Stephan Weise. Sustainability of Tropical Land Use Systems
After Forest Conversion
Scherr, S.J, J.C. Milder, and M. Inbar. 2007. Paying
Farmers for Stewardship. In Scherr, S.J and J.A. McNeely (Editors). Farming
with Nature: Science and Practice of
Ecoagriculture. IslandPress. Washington.
Suharto, E. 2009. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat : Kajian Strategis
Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial. Rafika Aditama.