Teknologi EM pertama kali dikembangkan oleh Prof. Dr.
Teruo Higa dari Universitas Ryukyus, Jepang pada tahun 1980. EM merupakan
kultur campuran dari mikroorganisme fermentasi (peragian) dan sintetik
(penggabungan) yang bekerja secara sinergis (saling menunjang ) untuk
memfermentasi bahan organic. Bahan organic tersebut berupa sampah, kotoran
ternak, serasah, rumput dan daun-daunan. Melalui proses fermentasi bahan
organic diubah kedalam bentuk gula, alcohol dan asam amino sehingga bisa
diserap oleh tanaman. Dewasa ini Teknologi EM telah diterapkan secara luas
dalam bidang pertanian, kehutanan, pengolahan limbah dan kesehatan.
Teknologi EM di Indonesia telah dimasyarakatkan kepada
petani sejak tahun 1993, setelah dilakukan usaha-usaha penelitian dan pengujian
dalam skala terbatas oleh lembaga penelitian swasta dan universitas dari tahun
1990 sampai 1993. Usaha pemasyarakatan Teknologi EM di Indonesia pada awalnya
diprakarsai oleh yayasan Indonesian Kyusei Nature Farming Societies, yaitu
sebuah lembaga non pemerintah yang bergerak dalam bidang penelitian dan
pengembangan pertanian akrab lingkungan yang berkelanjutan dengan masukan biaya
rendah.
EM-4, effective mikroorganisme ialah
mikroorganisme yang terdiri dari
organisme Lactobacillus sp. bakteria yang menghasilkan asam laktat,
serta bakteri fotosintetik Streptomyces sp. dan ragi. EM-4 mampu meningkatkan
dekomposisi sisa dan sampah organik, meningkatkan kandungan nutrisi tanaman
serta membunuh serangga perusak dan mikroorganisme patogen.
EM-4 dapat dipergunakan untuk pertanian, perternakan,
perkebunan dan penghasilan baja kompos dan EM-4 juga dapat meningkatkan kesehatan,
pertumbuhan, kuantitas dan kualitas hasil tanaman atau ternak secara terus
menerus.
EM-4 juga boleh digunakan untuk mempercepat
pengomposan sampah organik atau kotoran hewan, membersihkan air sisa (air
buangan), serta meningkatkan kualitas air pada kolam udang dan ikan.
Sebagai starter mikroorganisme pada proses dekomposer EM4 menjadi
begitu penting dalam dunia pertanian organik. Jika kita harus membeli EM4 tersebut harganya
lumayan mahal, padahal ada berbagai cara untuk membuat EM4 sendiri dengan harga
bahan baku yang sangat murah. Salah satu caranya adalah sebagai berikut:
BAHAN:
1. Pepaya matang atau kulitnya 0,5 kg
2. Pisang matang atau kulitnya 0,5 kg
3. Nenas matang atau kulitnya 0,5 kg
4. Kacang panjang segar 0,25 kg
5. Kangkung air segar 0,25 kg
6. Batang pisang muda bagian dalam 1,5 kg
7. Gula pasir 1 kg
8. Air tuak dari nira 0,5 liter
CARA
PEMBUATAN:
- Pepaya, pisang, nenas, kacang panjang, kangkung dan batang pisang muda dihancurkan hingga ukuran menjadi agak halus. Buah harus yang sudah matang atau dapat juga digunakan kulit buah yang tidak dimakan
3. Campurkan
gula pasir dan tuak dalam ember tadi dan aduk hingga rata.
4. Wadah
ditutup rapat dan disimpan selama 7 hari
5. Setelah
7 hari larutan yang dihasilkan dikumpulkan secara bertahap setiap hari
hingga habis.
6. Larutan
tersebut disaring dan dimasukkan kedalam wadah yang tertutup rapat.
Larutan tersebut adalah EM4 yang siap digunakan dan dapat bertahan hingga
6 bulan.
7. Ampas
dari hasil penyaringan larutan bisa digunakan sebagai pupuk kompos.
MANFAAT EM-4
- Memperbaiki sifat fisika, kimia dan biologi tanah.
- Meningkatkan ketersediaan nutrisi tanaman, serta menekan aktivitas serangga perusak dan mikroorganisme patogen.
- Meningkatkan dan menjaga kestabilan hasil tanaman
- Mempercepat proses fermentasi pada pembuatan Kompos. Kompos yang dibuat dengan teknologi EM disebut dengan bokashi.
- Memperbaiki komposisi dan jumlah mikroorganisme pada perut ternak sehingga pertumbuhan dan hasil ternak meningkat.
APLIKASI EM-4 DI BIDANG PETERNAKAN
- Mengurangi pencemaran bau khususnya pada kandang ternak dan lingkungan sekitarnya.
- Mengurangkan stress pada ternak
- Menyehatkan ternak
- Menyeimbangkan mikroorganisme di dalam perut ternak
- Meningkatkan nafsu makan ternak
- Menekan penyakit pada ternakan
- Meningkatkan kualitas dan kuantitas hasil ternak
Tidak ada komentar:
Posting Komentar