NILAI NILAI
LINGKUNGAN
OLEH
RIMA
OKTAVIA, SKM
NPM.
12131011007
PPSKM STIK
BINA HUSADA PALEMBANG
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurut para ahli bumi, bahwa bumi kita ini sudah
berusia 5 milyar tahun. Dua milyar tahun pertama belum ada kehidupan di atasnya
karena saat itu bumi hanya terdiri atas benda-benda tak hidup seperti bebatuan,
gas, dan partikel-partikel debu. Namun bumi bersifat dinamis dengan
berlangsungnya proses-proses seperti : pergerakan tektonik, vulkanik, perubahan
iklim dan sebagainya. Proses-proses tersebut mempunyai daya destruktif
sekaligus konstruktif, mengubah sekaligus memantapkan. Semuanya terjadi silih
berganti dalam kurun waktu yang lama. Dari proses dinamis yang terjadi di bumi,
muncullah dalam alam ini unsur-unsur dasar pembentuk organisme hidup, seperti
hydrogen (H2), oksigen (O2) dan nitrogen (N2). Dengan adanya unsur-unsur
tersebut mulailah muncul kehidupan di bumi ini, diperkirakan sekitar 3 milyar
tahun yang lalu. Pada awalnya bentuk kehidupan yang ada masih terbatas pada
jenis tumbuh-tumbuhan dan hewan tingkat rendah. Melalui prose dinamis, kurang
lebih 2 juta tahun yang lalu, lahirlah jenis organisme baru yang dinamakan
manusia. Manusia memiliki otak dan sistem syaraf yang mampu menghasilkan
kehendak dan perasaan, sehingga membuatnya lebih mampu menyesuaikan diri dan
bertahan dalam situasi lingkungannya, bahkan juga mampu mencari alternatif
untuk beradaptasi serta mengatur lingkungannya sedikit demi sedikit.
Dengan demikian, manusia tidak hanya menerima pengaruh
dari lingkungannya, tetapi juga memberikan pengaruh yang semakin lama semakin
besar terhadap alam. Kehadiran manusia semakin memperkaya proses dinamis bumi
yang sudah berlangsung sejak awal keberadaannya. Kemampuan otak manusia dalam
menemukan pemikiran-pemikiran baru untuk menemukan teknologi yang semakin
beragam membawa dampak pengaruh besar terhadap alam. Manusia dapat mengeringkan
lautan, menciptakan hujan dan sebagainya. Dapat dikatakan bahwa bumi tidak lagi
mengalami proses dinamis tersebut pada dirinya sendiri, melainkan sudah
melibatkan manusia dan mahluk-mahluk hidup dalam proses interaksi yang saling
mempengaruhi. Pengaruh tersebut akan semakin besar sejalan dengan berjalannya
waktu. Hanya saja peran dan pengaruh yang ditunjukkan manusia terhadap alam
tidak membantu alam berkembang kearah kesempurnaan. Intervensi manusia telah
membawa dampak negatif terhadap alam, dan berbagai lapisan kehiduan didalamnya.
Alam semesta merupakan karunia yang paling
besar terhadap manusia, untuk itu Allah SWT menyuruh manusia untuk
memanfaatkannya dengan baik dan terus ber-syukur kepadaNya. Akan tetapi pada
kenyataannya lain, malahan terjadi kerusakan disana-sini akibat perbuatan
orang-orang munafiq.
Manusia sebagai penguasa lingkungan hidup di bumi
berperan besar dalam menentukan kelestarian lingkungan hidup. Manusia sebagai
makhluk ciptaan Tuhan yang berakal budi mampu merubah wajah dunia dari pola
kehidupan sederhana sampai ke bentuk kehidupan modern seperti sekarang ini.
Namun sayang, seringkali apa yang dilakukan manusia tidak diimbangi dengan
pemikiran akan masa depan kehidupan generasi berikutnya. Banyak kemajuan yang
diraih oleh manusia membawa dampak buruk terhadap kelangsungan lingkungan
hidup.
Oleh karena itu, sebagai muslim kita seharusnya
memahami landasan-landasan dari pelestarian lingkungan hidup, sebagaimana yang
tertuang dalam Q.S.Al-A’raf Ayat 56
وَلَا تُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ بَعْدَ إِصْلَاحِهَا وَادْعُوهُ خَوْفًا وَطَمَعًا إِنَّ رَحْمَةَ اللَّهِ قَرِيبٌ مِنَ الْمُحْسِنِينَ
Artinya :
“Dan
janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya
dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan
(akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang
berbuat baik.”
Bumi sebagai tempat tinggal dan tempat hidup manusia
dan makhluk Allah lainnya sudah dijadikan Allah dengan penuh rahmat Nya.
Gunung-gunung, lembah-lembah, sungai-sungai, lautan, daratan dan lain-lain
semua itu diciptakan Allah untuk diolah dan dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya
oleh manusia, bukan sebaliknya dirusak dan dibinasakan
Melihat kondisi saat ini, kesadaran kita
untuk menjaga lingkungan sangatlah
minim sekali, oleh sebab itu manusia itu sendiri harus menyadari betapa pentingnya
alam bagi kehidupan makhluk hidup di muka bumi ini. Manusia diciptakan sebagai khalifah di bumi ini untuk
mengatur kehidupan lingkungan hidup yang baik dan tertata, namun sebalik justru
saat ini manusia telah membuat kerusakan di muka bumi. Lingkungan hidup yang
seharusnya membawa keberkahan bagi manusia, kini malah menjadi bencana bagi
manusia itu sendiri.
Pelestarian lingkungan hidup adalah rangkaian upaya
untuk melindungi kemampuan lingkungan hidup terhadap tekanan perubahan dan
dampak negatif yang ditimbulkan oleh suatu kegiatan agar tetap mampu mendukung
kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya serta menjaga nilai-nilai
lingkungan yang ada. Lindungilah lingkungan kita. Hanya saja ada sebagian kaum
yang berbuat kerusakan di muka bumi. Mereka tidak hanya merusak sesuatu yang
berupa materi atau benda saja, melainkan juga berupa sikap, perbuatan tercela
atau maksiat serta perbuatan jahiliyah lainnya. Akan tetapi, untuk menutupi
keburukan tersebut sering kali mereka menganggap diri mereka sebagai kaum yang
melakukan perbaikan di muka bumi, padahal justru merekalah yang berbuat
kerusakan di muka bumi
1.2 Tujuan
1.2.1 Untuk
mengetahui pengertian nilai-nilai lingkungan
1.2.2 Untuk
mengetahui hubungan manusia dengan lingkungan
1.2.3 Untuk
mengetahui aplikasi nilai lingkungan
1.2.4 Untuk
mengetahui nilai nilai lingkungan alami sekarang
1.2.5 Untuk
mengetahui bagaimana caranya menjaga nilai-nilai lingkungan
BAB II
NILAI NILAI
LINGKUNGAN
2.1 Pengertian
2.1.1 Pengertian Nilai
Pengertian
nilai sebagaimana dikutip berikut ini, A value, says Webster (1984), “is a
principle, standart, or quality regarded as worthwhile or desirable”, yakni
nilai adalah prinsip, standart atau kualitas yang dipandang bermanfaat dan
sangat diperlukan. Nilai adalah “suatu keyakinan dan kepercayaan yang menjadi
dasar bagi seseorang atau sekolompok orang untuk memilih tindakannya, atau
menilai suatu yang bermakna bagi kehidupannya”.
Nilai adalah
standar tingkah laku, keindahan, keadilan, dan efisiensi yang mengikat manusia
dan sepatutnya dijalankan serta dipertahankan. Nilai adalah bagian dari potensi
manusiawi seseorang, yang berada dalam dunia rohaniah (batiniah, spiritual),
tidak berwujud, tidak dapat dilihat, tidak dapat diraba, dan sebagainya. Namun
sangat kuat pengaruhnya serta penting peranannya dalam setiap perbuatan dan
penampilan seseorang.
Nilai adalah
suatu pola normatif, yang menentukan tingkah laku yang diinginkan bagi suatu
system yang ada kaitannya dengan lingkungan sekitar tanpa membedakan fungsi
sekitar bagian-bagiannya. Nilai tersebut lebih mengutamakan berfungsinya
pemeliharaan pola dari sistem sosial.
Dari dua
definisi tersebut dapat dirumuskan bahwa nilai adalah suatu tipe kepercayaan
yang berada dalam ruang lingkup system kepercayaan, dimana seseorang harus
bertindak atau menghindari suatu tindakan, atau mengenai suatu yang tidak
pantas atau yang pantas dikerjakan, dimiliki dan dipercayai. Jika nilai
diterapkan dalam proses belajar mengajar dapat diartikan sebagai pendidikan
yang mana nilai dijadikan sebagai tolak ukur dari keberhasilan yang akan
dicapai dalam hal ini kita sebut dengan pendidikan nilai.
2.1.2 Pengertian
Lingkungan
Kehidupan manusia tidak bisa
dipisahkan dari lingkungannya. Baik lingkungan alam maupun
lingkungan sosial. Kita bernapas
memerlukan udara dari lingkungan sekitar. Kita makan, minum, menjaga kesehatan, semuanya
memerlukan lingkungan. Pengertian lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di
sekitar manusia yang mempengaruhi perkembangan kehidupan manusia baik
langsung maupun tidak langsung.
2.1.3 Pengertian Nilai Lingkungan
Nilai lingkungan berkaitan dengan dasar dan
justifikasi kebijakan lingkungan. Hal ini bertujuan untuk membawa bersama-sama
kontribusi dari filsafat, hukum, ekonomi dan disiplin lainnya, yang berhubungan
dengan lingkungan sekarang dan masa depan manusia dan spesies lainnya, dan
untuk memperjelas hubungan antara isu-isu kebijakan praktis dan prinsip-prinsip
dasar yang lebih fundamental atau asumsi.
2.2 Hubungan Manusia dengan Lingkungan
Alam yang indah dan lestari adalah suatu dambaan umat
manusia. Alam yang indah dan lestari merupakan jaminan bagi kelangsungan hidup
manusia dan segala lapisan kehidupan yang ada di dalamnya. Namun, kenyataan
memperlihatkan bahwa alam sudah banyak mengalami kerusakan, bahkan sudah berada
di ambang kepunahannya, oleh ulah manusia sendiri. Penyebabnya berawal dari
pandangan yang kurang bahkan tidak tepat terhadap alam, yang memandang alam sebagai
sumber kekayaan, yang selalu siap di eksploitasi kapan dan di mana saja, dan
oleh siapa saja, untuk mengambil hal-hal yang diperlukan dan membiarkan begitu
saja hal-hal yang tidak diperlukan. Untuk menjamin kelangsungan hidup kita dan
kelangsungan hidup generasi yang akan datang, dalam suasana baik dan
menyenangkan dan untuk menjamin kelangsungan berbagai lapisan kehidupan yang
ada di alam, maka mau tak mau kita harus merubah dalam memandang dan
memperlakukan alam. Perubahan sikap ini bukan hanya karena alam begitu penting
bagi manusia, melainkan karena alam dengan berbagai lapisan kehidupan yang ada
di dalamnya, memiliki nilai dalam dirinya sendiri, yang harus dihormati dan
dilindungi. Dengan pandangan dan perlakuan yang semakin baik dan tepat terhadap
alam, maka lingkungan semakin baik dan tepat terhadap alam, maka lingkungan dan
pembangunan, dua hal penting dan sangat mendasar bagi kehidupan manusia, dapat
dikembangkan secara bersamaan, dalam hubungan saling mendukung.
Manusia dan lingkungan hidup (alam) memiliki hubungan
sangat erat. Keduanya saling memberi dan menerima pengaruh besar satu sama
lain. Pengaruh alam terhadap manusia lebih bersifat pasif, sedangkan pengaruh
manusia terhadap alam lebih bersifat aktif. Manusia memiliki kemampuan
eksploitatif terhadap alam sehingga mampu mengubahnya sesuai yang
dikehendakinya. Dan walaupun alam tidak memiliki keinginan dan kemampuan
aktif-eksploitatif terhadap manusia, namun pelan tapi pasti, apa yang terjadi
pada alam, langsung atau tidak langsung, akan terasa pengaruhnya bagi kehidupan
manusia. Lingkungan yang indah dan lestari akan membawa pengaruh positif bagi
kesehatan dan bahkan keselamatan manusia; sebaliknya, lingkungan yang buruk
bagi kehidupan manusia. Tindakan eksploitatif manipulatif terhadap alam akan
mengakibatkan kerusakan langsung terhadap alam, dan secara tidak langsung hal
itu akan berdampak negatif bagi kehidupan manusia khususnya, dan kehidupan
berbagai mahluk lain pada umumnya. Sebaliknya, apabila manusia menunjukkan
kasih sayang yang besar terhadap alam, dengan memelihara dan melestarikannya,
maka alam akan menjamin kelangsungan hidup manusia dalam suasana nyaman dan
menyenangkan.
2.3 Nilai Nilai Lingkungan sebagai Sumber Belajar
Lingkungan yang ada di sekitar anak merupakan
salah satu sumber belajar yang dapat dioptimalkan untuk pencapaian proses dan
hasil pendidikan yang berkualitas bagi anak usia dini. Lingkungan menyediakan
berbagai hal yang dapat dipelajari anak. Jumlah sumber belajar yang tersedia di
lingkungan ini tidaklah terbatas, sekalipun pada umumnya tidak dirancang secara
sengaja untuk kepentingan pendidikan. Sumber belajar lingkungan ini akan
semakin memperkaya wawasan dan pengetahuan anak karena mereka belajar tidak
terbatas oleh empat dinding kelas. Selain itu kebenarannya lebih akurat, sebab
anak dapat mengalami secara langsung dan dapat mengoptimalkan potensi panca
inderanya untuk berkomunikasi dengan lingkungan tersebut.
1.
Penggunaan
lingkungan memungkinkan terjadinya proses belajar yang lebih bermakna (meaningfull learning) sebab anak
dihadapkan dengan keadaan dan situasi yang sebenarnya. Hal ini akan memenuhi
prinsip kekonkritan dalam belajar sebagai salah satu prinsip pendidikan anak
usia dini.
2.
Penggunaan
lingkungan sebagai sumber belajar akan mendorong pada penghayatan nilai-nilai
atau aspek-aspek kehidupan yang ada di lingkungannya. Kesadaran akan pentingnya
lingkungan dalam kehidupan bisa mulai ditanamkan pada anak sejak dini, sehingga
setelah mereka dewasa kesadaran tersebut bisa tetap terpelihara.
3.
Penggunaan
lingkungan dapat menarik bagi anak
Kegiatan belajar dimungkinkan akan lebih
menarik bagi anak sebab lingkungan menyediakan sumber belajar yang sangat
beragam dan banyak pilihan. Kegemaran belajar sejak usia dini merupakan modal
dasar yang sangat diperlukan dalam rangka penyiapan masyarakat belajar (learning societes) dan sumber daya
manusia di masa mendatang.
Penggunaan cara atau metode yang bervariasi
ini merupakan tuntutan dan kebutuhan yang harus dipenuhi dalam pendidikan untuk
anak usia dini. Begitu banyaknya nilai dan manfaat yang dapat diraih dari
lingkungan sebagai sumber belajar dalam pendidikan anak usia dini bahkan hampir
semua tema kegiatan dapat dipelajari dari lingkungan.
Lingkungan merupakan sumber belajar yang kaya
dan menarik untuk anak-anak. Lingkungan mana pun bisa menjadi tempat yang
menyenangkan bagi anak-anak. Contohnya pada saat belajar di kelas anak diperkenalkan
oleh guru mengenai binatang, dengan memanfaatkan lingkungan anak akan dapat
memperoleh pengalaman yang lebih banyak lagi. Dalam pemanfaatan lingkungan
tersebut guru dapat membawa kegiatan-kegiatan yang biasanya dilakukan di dalam
ruangan kelas ke alam terbuka dalam hal ini lingkungan. Namun jika guru
menceritakan kisah tersebut di dalam ruangan kelas, nuansa yang terjadi di
dalam kelas tidak akan sealamiah seperti halnya jika guru mengajak anak untuk
memanfaatkan lingkungan.
Memanfaatkan lingkungan sekitar dengan
membawa anak-anak untuk mengamati lingkungan akan menambah keseimbangan dalam
kegiatan belajar. Artinya belajar tidak hanya terjadi di ruangan kelas namun
juga di luar ruangan kelas dalam hal ini lingkungan sebagai sumber belajar yang
sangat berpengaruh terhadap perkembangan fisik, keterampilan sosial, dan
budaya, perkembangan emosional serta intelektual.
Perkembangan
Fisik
Lingkungan sangat berperan dalam merangsang
pertumbuhan fisik anak, untuk mengembangkan otot-ototnya. Anak memiliki
kesempatan yang alami untuk berlari-lari, melompat, berkejar-kejaran dengan
temannya dan menggerakkan tubuhnya dengna cara-cara yang tidak terbatas.
Kegiatan ini sangat alami dan sangat bermanfaat dalam mengembangkan aspek fisik
anak.
Dengan pemanfaatan lingkungan sebagai sumber
belajarnya, anak-anak menjadi tahu bagaimana tubuh mereka bekerja dan merasakan
bagaimana rasanya pada saat mereka memanjat pohon tertentu, berayun-ayun,
merangkak melalui sebuah terowongan atau berguling di dedaunan.
Perkembangan
aspek keterampilan sosial
Lingkungan secara alami mendorong anak untuk
berinteraksi dengan anak-anak yang lain bahkan dengan orang-orang dewasa. Pada
saat anak mengamati objek-objek tertentu yang ada di lingkungan pasti dia ingin
menceritakan hasil penemuannya dengan yang lain. Supaya penemuannya diketahui
oleh teman-temnannya anak tersebut mencoba mendekati anak yang lain sehinga
terjadilah proses interaksi/hubungan yang harmonis.
Anak-anak dapat membangun kterampilan
sosialnya ketika mereka membuat perjanjian dengan teman-temannya untuk
bergantian dalam menggunakan alat-alat tertentu pada saat mereka memainkan
objek-objek yang ada di lingkungan tertentu. Melalui kegiatan sepeti ini anak
berteman dan saling menikmati suasana yang santai dan menyenangkan.
Perkembangan
aspek emosi
Lingkungan pada umumnya memberikan tantangan
untuk dilalui oleh anak-anak. Pemanfaatannya akan memungkinkan anak untuk
mengembangkan rasa percaya diri yang positif. Misalnya bila anak diajak ke
sebuah taman yang terdapat beberapa pohon yang memungkinkan untuk mereka
panjat. Dengan memanjat pohon tersebut anak mengembangkan aspek keberaniannya
sebagai bagian dari pengembangan aspek emosinya.
Rasa percaya diri yang dimiliki oleh anak
terhadap dirinya sendiri dan orang lain dikembangkan melalui pengalaman hidup
yang nyata. Lingkungan sendiri menyediakan fasilitas bagi anak untuk
mendapatkan pengalaman hidup yang nyata.
Perkembangan
intelektual
Anak-anak belajar melalui interaksi langsung
dengan benda-benda atau ide-ide. Lingkungan menawarkan kepada guru kesempatan
untuk menguatkan kembali konsep-konsep seperti warna, angka, bentuk dan ukuran.
Memanfaatkan lingkungan pada dasarnya adalah
menjelaskan konsep-konsep tertentu secara alami. Konsep warna yang diketahui
dan dipahami anak di dalam kelas tentunya akan semakin nyata apabila guru
mengarahkan anak-anak untuk melihat konsep warna secara nyata yang ada pada
lingkungan sekitar.
Demikian beberapa hal yang berkaitan dengan
dampak pemanfaatan lingkungan terhadap aspek-aspek perkembangan anak.
Contoh hal-hal yang dapat kita lakukan di
rumah baik diri saya sendiri sebagai istri dan ibu rumah tangga maupun suami
dan anak anak dalam rangka menjaga nilai-nilai lingkungan adalah sabagai
berikut :
1.
Bertanggung jawab memakai air.
Menghindari kebiasaan membuang-buang air
merupakan salah satu cara untuk menjaga ketersediaan air di planet bumi. Ajari
si kecil untuk menutup air ketika mereka sedang menyikat gigi agar hemat.
2.
Ajak berkebun.
Taman di lingkungan rumah dapat memberikan
kesejukan dan kesegaran bagi keluarga Anda, terutama ketika datang musim panas.
Jika Anda tidak memiliki ruang untuk membuat taman, coba siasati dengan membuat
taman mungil di beranda atau teras. Lewat kegiatan berkebun, si kecil bisa
lebih peduli dengan tanaman di sekitar mereka.
3.
Matikan TV.
Anak-anak gemar menggunakan gadget
elektronik, mulai dari menonton TV sampai surfing di internet. Peralatan
elektronik ini mengonsumsi energi listrik yang besar. Ajari anak-anak di rumah
untuk mematikan dan mencabut gadget elektronik ketika tidak digunakan.
4.
Daur ulang barang.
Penanganan sampah dengan cara mendaur ulang
sudah hal biasa diterapkan untuk sampah rumah tangga. Tapi, menangani sampah
tanpa proses penghancuran (repurposing) akan bagus lagi. Hal ini sekaligus
untuk mengurangi pembuangan sampah ke tempat pembuangan akhir sampah.
2.5 Nilai Nilai Lingkungan Hidup Alami Sekarang
Baru-baru ini, para ilmuwan dan ekonom
bekerja sama dalam suatu penelitian tentang lima habitat alami yang diubah
fungsinya untuk kepentingan manusia dan demi keuntungan komersial. Sebuah hutan
tropis di Malaysia dibabat habis untuk industri kayu gelondongan, sebuah hutan
tropis di Kamerun diubah menjadi perkebunan kelapa sawit [Elaeis guineens]
dan karet, sebuah rawa bakau di Thailand diubah menjadi tambak udang, sebuah
rawa air tawar di Kanada dikeringkan untuk pertanian, dan sebuah terumbu karang
di Filipina diledakkan untuk memperoleh ikan dalam jumlah besar.
Para peneliti mendapatkan berbagai hasil yang
mengejutkan. Andaikan kelima lingkungan hidup alami tersebut dipertahankan,
nilai ekonomis jangka panjangnya bagi masyarakat akan 14 sampai 75 persen lebih
banyak daripada setelah diubah. Malah, akibat campur tangan manusia, rata-rata
separuh dari nilai sebuah ekosistem lenyap, dan setiap tahunnya perubahan
lingkungan hidup memakan biaya sebesar 250 miliar dolar AS. Sebaliknya,
pelestarian alam atau konservasi hanya menghabiskan biaya 45 miliar dolar AS.
Para peneliti mengatakan bahwa ”barang dan jasa” dalam bentuk makanan, air,
udara, penaungan, bahan bakar, pakaian, obat-obatan, dan perlindungan terhadap
badai serta banjir yang dihasilkan sedikitnya akan bernilai 4,4 triliun
dolar AS, dengan rasio 100 keuntungan banding 1 kerugian, lapor surat kabar
London The Guardian. Dr. Andrew Balmford dari Cambridge University,
Inggris, yang memimpin penelitian tersebut berkata, ”Aspek ekonominya sangat
suram. Kami memang memperkirakan angka rasionya akan memenangkan konservasi,
tetapi kami tidak menyangka nilainya sebesar ini.”
Sungguh menyedihkan, bahkan sejak KTT Bumi
tahun 1992 di Rio de Janeiro, sebanyak 11,4 persen lingkungan hidup alami di
bumi telah diubah. Perubahan tersebut terutama disebabkan oleh ketidaktahuan
tentang kerugian yang dialami dan oleh hasrat untuk meraih keuntungan jangka
pendek. Sepuluh tahun kemudian, pada KTT Dunia tentang Pembangunan yang
Berkesinambungan yang diselenggarakan di Johannesburg, tidak ada jalan keluar
yang pasti untuk mengatasi dilema tersebut.
Satu hal lagi
yang terjadi di negara yang kita cintai ini, untuk mendapat dana kompensasi guna
mengonservasi hutan, mekanisme reducing emissions from deforestation in
developing contries (REDD) yang ditawarkan Indonesia dalam pertemuan Bali, patut
diduga hanya akan menguntungkan negara maju. Mereka akan menguasai data rinci
dan informasi akurat serta komprehensif tentang kehutanan Indonesia. Data itu
pun harus diolah menggunakan teknologi canggih yang tidak kita kuasai. Tidak
berlebihan bila pemerintah harus mewaspadainya sejak dini.
Faktanya,
sebelum ini AS hanya menawarkan bantuan dana puluhan juta dollar AS dengan
segala diktenya. Mereka mengharap agar hutan kita diparkir saja. Australia juga
menyumbang 30 juta dolar Australia dan Jerman memberi 20 juta euro (Tempo,
27/8/2007).
Bantuan yang
”kecil” itu berpotensi mengganggu kedaulatan RI. Masalahnya kini, apakah PP No
2/2008 yang akan lebih memudahkan Indonesia memperoleh dana dari penyewaan
lahan hutan tidak akan mengganggu kelestarian hutan dalam menjaga lingkungan?
Hal ini juga berpotensi memunculkan ”dikte-dikte” baru negara maju atas pembangunan
dan perekonomian kita.
Sebelum PP No
2/2008 terbit, pernah muncul wacana baru. Daripada dibodohi negara maju yang
tidak mampu menjaga hutan serta menyebabkan terjadinya gas rumah kaca dan
naiknya suhu dunia, bagaimana jika fungsi hutan Indonesia kita zakatkan saja.
Maka, daripada dicatat sebagai negara perusak hutan terbesar, Indonesia dapat
dideklarasikan sebagai salah satu negara donor lingkungan terbesar di dunia
dengan kontribusi minimal 100 miliar dollar AS per tahun.
2.6 Kuantifikasi Nilai Lingkungan
Jika kita berbicara masalah kuantifikasi,
sudahlah pasti akan berhubungan dengan pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut : berapa nilai
rupiah kerusakan lingkungan karena kegiatan pembangunan, berapa rupiah yang
diperlukan untuk memperbaikinya, dan berapa nilai kemanfaatan ekonomi kalau
lingkungan itu dijaga atau diperbaiki, sudah sejauhmana kerusakan lingkungan
yang telah kita perbuat dan masih banyak lagi pertanyaan-pertanyaan lain yang
perlu dijawab secara kuantitatif. Misalnya berapa dana yang sudah dihabiskan
untuk memperbaiki rumah-rumah penduduk yang terkena longsor akibat dari penebangan
hutan. Adapun cara-cara untuk mengatasinya adalah kita sendiri harus mengerti,
paham dan yakin bahwa kita bisa memelihara nilai-nilai lingkungan dan
dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu untuk menjaga nilai-nilai lingkungan
tersebut dapat juga dilakukan melalui :
1. Mempromosikan
etika pelestarian yang kuat, kesadaran serta aksi di kalangan masyarakat
2.
Memfasilitasi
upaya multi pihak untuk melindungi keanekaragaman hayati
3. Melakukan
advokasi kebijakan, hukum dan penegakan hukum yang mendukung upaya pelestarian
lingkungan
4. Mempromosikan
pelestarian bagi kesejahteraan masyarakat, melalui pemanfaatan sumber daya alam
secara berkelanjutan.
BAB III
PENUTUP
Menjaga nilai-nilai lingkungan bukanlah hal
yang mudah, sungguh semuanya diluar kekuasaan kita sebagai manusia terhadap apa
yang telah terjadi saat ini. Pembangunan yang banyak dilakukan sekarang ini
seolah-olah mengabaikan dampaknya terhadap lingkungan walaupun sebelum pembangunan
tersebut sudah ada namanya kajian AMDAL
tapi masih berakibat buruk terhadap lingkungan. Melihat itu, makanya saya dalam
paper ini lebih memprioritaskan membahas nilai-nilai lingkungan yang difokuskan
kepada nilai-nilai lingkungan sebagai sumber belajar, yang mengutamakan
anak-anak, karena anak adalah amanah dari Yang Maha Kuasa. Disamping itu, anak
adalah generasi penerus yang akan memikirkan bagaimana kehidupan nantinya
terutama pemeliharaan lingkungan. Anak harus mendapat pendidikan yang baik
tentang pentingnya menjaga lingkungan sejak kecil. Kebiasaan ramah lingkungan
yang dibentuk sejak usia dini ini diharapkan bisa terus menjadi gaya hidup anak
di usia dewasa.
DAFTAR
PUSTAKA
Diakses dari :
makalahmajannaii.blogspot.com/2012/06/manusia-dan-lingk...,tgl 28 Maret 2013 pukul
09.26 WIB
Diakses dari
ml.scribd.com/doc/36358170/PENGERTIAN-LINGKUNGAN, tgl 26 Maret 2013 Pukul 09.38 WIB
www.suplirahim2013.blogspot.com , tgl 28 maret 2013 pukul 10.26 WIB
visionerpd.blogspot.com/2012/.../menghargailingkungan-menjaga.ht...
tgl
28 Maret 2013 pukul 09.50 WIB
jasapembuatanweb.co.id/.../nilai-nilai-lingkungan-sebagai-sumber-be... tgl 26 Maret 2013 pukul
12.15 WIB
dunia remaja.net tgl 26 maret 2013 pukul 12.57 WIB
wol.jw.org/id/wol/d/r25/lp-in/102004412, tgl 26 Maret 2012 pukul 10.14 WIB
siiiip bu!!!
BalasHapus