Kamis, 04 April 2013

NILAI-NILAI LINGKUNGAN


NILAI NILAI LINGKUNGAN
OLEH
RIMA OKTAVIA, SKM
NPM. 12131011007
PPSKM STIK BINA HUSADA PALEMBANG


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Menurut para ahli bumi, bahwa bumi kita ini sudah berusia 5 milyar tahun. Dua milyar tahun pertama belum ada kehidupan di atasnya karena saat itu bumi hanya terdiri atas benda-benda tak hidup seperti bebatuan, gas, dan partikel-partikel debu. Namun bumi bersifat dinamis dengan berlangsungnya proses-proses seperti : pergerakan tektonik, vulkanik, perubahan iklim dan sebagainya. Proses-proses tersebut mempunyai daya destruktif sekaligus konstruktif, mengubah sekaligus memantapkan. Semuanya terjadi silih berganti dalam kurun waktu yang lama. Dari proses dinamis yang terjadi di bumi, muncullah dalam alam ini unsur-unsur dasar pembentuk organisme hidup, seperti hydrogen (H2), oksigen (O2) dan nitrogen (N2). Dengan adanya unsur-unsur tersebut mulailah muncul kehidupan di bumi ini, diperkirakan sekitar 3 milyar tahun yang lalu. Pada awalnya bentuk kehidupan yang ada masih terbatas pada jenis tumbuh-tumbuhan dan hewan tingkat rendah. Melalui prose dinamis, kurang lebih 2 juta tahun yang lalu, lahirlah jenis organisme baru yang dinamakan manusia. Manusia memiliki otak dan sistem syaraf yang mampu menghasilkan kehendak dan perasaan, sehingga membuatnya lebih mampu menyesuaikan diri dan bertahan dalam situasi lingkungannya, bahkan juga mampu mencari alternatif untuk beradaptasi serta mengatur lingkungannya sedikit demi sedikit.
Dengan demikian, manusia tidak hanya menerima pengaruh dari lingkungannya, tetapi juga memberikan pengaruh yang semakin lama semakin besar terhadap alam. Kehadiran manusia semakin memperkaya proses dinamis bumi yang sudah berlangsung sejak awal keberadaannya. Kemampuan otak manusia dalam menemukan pemikiran-pemikiran baru untuk menemukan teknologi yang semakin beragam membawa dampak pengaruh besar terhadap alam. Manusia dapat mengeringkan lautan, menciptakan hujan dan sebagainya. Dapat dikatakan bahwa bumi tidak lagi mengalami proses dinamis tersebut pada dirinya sendiri, melainkan sudah melibatkan manusia dan mahluk-mahluk hidup dalam proses interaksi yang saling mempengaruhi. Pengaruh tersebut akan semakin besar sejalan dengan berjalannya waktu. Hanya saja peran dan pengaruh yang ditunjukkan manusia terhadap alam tidak membantu alam berkembang kearah kesempurnaan. Intervensi manusia telah membawa dampak negatif terhadap alam, dan berbagai lapisan kehiduan didalamnya.
Alam semesta merupakan karunia yang paling besar terhadap manusia, untuk itu Allah SWT menyuruh manusia untuk memanfaatkannya dengan baik dan terus ber-syukur kepadaNya. Akan tetapi pada kenyataannya lain, malahan terjadi kerusakan disana-sini akibat perbuatan orang-orang munafiq.
Manusia sebagai penguasa lingkungan hidup di bumi berperan besar dalam menentukan kelestarian lingkungan hidup. Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang berakal budi mampu merubah wajah dunia dari pola kehidupan sederhana sampai ke bentuk kehidupan modern seperti sekarang ini. Namun sayang, seringkali apa yang dilakukan manusia tidak diimbangi dengan pemikiran akan masa depan kehidupan generasi berikutnya. Banyak kemajuan yang diraih oleh manusia membawa dampak buruk terhadap kelangsungan lingkungan hidup.
Oleh karena itu, sebagai muslim kita seharusnya memahami landasan-landasan dari pelestarian lingkungan hidup, sebagaimana yang tertuang dalam Q.S.Al-A’raf Ayat 56

وَلَا تُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ بَعْدَ إِصْلَاحِهَا وَادْعُوهُ خَوْفًا وَطَمَعًا إِنَّ رَحْمَةَ اللَّهِ قَرِيبٌ مِنَ الْمُحْسِنِينَ
Artinya :
“Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.”

Bumi sebagai tempat tinggal dan tempat hidup manusia dan makhluk Allah lainnya sudah dijadikan Allah dengan penuh rahmat Nya. Gunung-gunung, lembah-lembah, sungai-sungai, lautan, daratan dan lain-lain semua itu diciptakan Allah untuk diolah dan dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya oleh manusia, bukan sebaliknya dirusak dan dibinasakan
Melihat kondisi saat ini, kesadaran kita untuk menjaga lingkungan sangatlah minim sekali, oleh sebab itu manusia itu sendiri harus menyadari betapa pentingnya alam bagi kehidupan makhluk hidup di muka bumi ini. Manusia diciptakan sebagai khalifah di bumi ini untuk mengatur kehidupan lingkungan hidup yang baik dan tertata, namun sebalik justru saat ini manusia telah membuat kerusakan di muka bumi. Lingkungan hidup yang seharusnya membawa keberkahan bagi manusia, kini malah menjadi bencana bagi manusia itu sendiri.
Pelestarian lingkungan hidup adalah rangkaian upaya untuk melindungi kemampuan lingkungan hidup terhadap tekanan perubahan dan dampak negatif yang ditimbulkan oleh suatu kegiatan agar tetap mampu mendukung kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya serta menjaga nilai-nilai lingkungan yang ada. Lindungilah lingkungan kita. Hanya saja ada sebagian kaum yang berbuat kerusakan di muka bumi. Mereka tidak hanya merusak sesuatu yang berupa materi atau benda saja, melainkan juga berupa sikap, perbuatan tercela atau maksiat serta perbuatan jahiliyah lainnya. Akan tetapi, untuk menutupi keburukan tersebut sering kali mereka menganggap diri mereka sebagai kaum yang melakukan perbaikan di muka bumi, padahal justru merekalah yang berbuat kerusakan di muka bumi

1.2  Tujuan
1.2.1      Untuk mengetahui pengertian nilai-nilai lingkungan
1.2.2      Untuk mengetahui hubungan manusia dengan lingkungan
1.2.3      Untuk mengetahui aplikasi nilai lingkungan
1.2.4      Untuk mengetahui nilai nilai lingkungan alami sekarang
1.2.5      Untuk mengetahui bagaimana caranya menjaga nilai-nilai lingkungan




BAB II
NILAI NILAI LINGKUNGAN

2.1 Pengertian
2.1.1    Pengertian Nilai
Pengertian nilai sebagaimana dikutip berikut ini, A value, says Webster (1984), “is a principle, standart, or quality regarded as worthwhile or desirable”, yakni nilai adalah prinsip, standart atau kualitas yang dipandang bermanfaat dan sangat diperlukan. Nilai adalah “suatu keyakinan dan kepercayaan yang menjadi dasar bagi seseorang atau sekolompok orang untuk memilih tindakannya, atau menilai suatu yang bermakna bagi kehidupannya”.
Nilai adalah standar tingkah laku, keindahan, keadilan, dan efisiensi yang mengikat manusia dan sepatutnya dijalankan serta dipertahankan. Nilai adalah bagian dari potensi manusiawi seseorang, yang berada dalam dunia rohaniah (batiniah, spiritual), tidak berwujud, tidak dapat dilihat, tidak dapat diraba, dan sebagainya. Namun sangat kuat pengaruhnya serta penting peranannya dalam setiap perbuatan dan penampilan seseorang.
Nilai adalah suatu pola normatif, yang menentukan tingkah laku yang diinginkan bagi suatu system yang ada kaitannya dengan lingkungan sekitar tanpa membedakan fungsi sekitar bagian-bagiannya. Nilai tersebut lebih mengutamakan berfungsinya pemeliharaan pola dari sistem sosial.
Dari dua definisi tersebut dapat dirumuskan bahwa nilai adalah suatu tipe kepercayaan yang berada dalam ruang lingkup system kepercayaan, dimana seseorang harus bertindak atau menghindari suatu tindakan, atau mengenai suatu yang tidak pantas atau yang pantas dikerjakan, dimiliki dan dipercayai. Jika nilai diterapkan dalam proses belajar mengajar dapat diartikan sebagai pendidikan yang mana nilai dijadikan sebagai tolak ukur dari keberhasilan yang akan dicapai dalam hal ini kita sebut dengan pendidikan nilai.
2.1.2    Pengertian Lingkungan
Kehidupan manusia tidak bisa dipisahkan dari lingkungannya. Baik lingkungan alam maupun lingkungan sosial. Kita bernapas memerlukan udara dari lingkungan sekitar. Kita makan, minum, menjaga kesehatan, semuanya memerlukan lingkungan. Pengertian lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar manusia yang mempengaruhi perkembangan kehidupan manusia baik langsung maupun tidak langsung.
2.1.3    Pengertian Nilai Lingkungan
Nilai lingkungan berkaitan dengan dasar dan justifikasi kebijakan lingkungan. Hal ini bertujuan untuk membawa bersama-sama kontribusi dari filsafat, hukum, ekonomi dan disiplin lainnya, yang berhubungan dengan lingkungan sekarang dan masa depan manusia dan spesies lainnya, dan untuk memperjelas hubungan antara isu-isu kebijakan praktis dan prinsip-prinsip dasar yang lebih fundamental atau asumsi.

2.2 Hubungan Manusia dengan Lingkungan
Alam yang indah dan lestari adalah suatu dambaan umat manusia. Alam yang indah dan lestari merupakan jaminan bagi kelangsungan hidup manusia dan segala lapisan kehidupan yang ada di dalamnya. Namun, kenyataan memperlihatkan bahwa alam sudah banyak mengalami kerusakan, bahkan sudah berada di ambang kepunahannya, oleh ulah manusia sendiri. Penyebabnya berawal dari pandangan yang kurang bahkan tidak tepat terhadap alam, yang memandang alam sebagai sumber kekayaan, yang selalu siap di eksploitasi kapan dan di mana saja, dan oleh siapa saja, untuk mengambil hal-hal yang diperlukan dan membiarkan begitu saja hal-hal yang tidak diperlukan. Untuk menjamin kelangsungan hidup kita dan kelangsungan hidup generasi yang akan datang, dalam suasana baik dan menyenangkan dan untuk menjamin kelangsungan berbagai lapisan kehidupan yang ada di alam, maka mau tak mau kita harus merubah dalam memandang dan memperlakukan alam. Perubahan sikap ini bukan hanya karena alam begitu penting bagi manusia, melainkan karena alam dengan berbagai lapisan kehidupan yang ada di dalamnya, memiliki nilai dalam dirinya sendiri, yang harus dihormati dan dilindungi. Dengan pandangan dan perlakuan yang semakin baik dan tepat terhadap alam, maka lingkungan semakin baik dan tepat terhadap alam, maka lingkungan dan pembangunan, dua hal penting dan sangat mendasar bagi kehidupan manusia, dapat dikembangkan secara bersamaan, dalam hubungan saling mendukung.
Manusia dan lingkungan hidup (alam) memiliki hubungan sangat erat. Keduanya saling memberi dan menerima pengaruh besar satu sama lain. Pengaruh alam terhadap manusia lebih bersifat pasif, sedangkan pengaruh manusia terhadap alam lebih bersifat aktif. Manusia memiliki kemampuan eksploitatif terhadap alam sehingga mampu mengubahnya sesuai yang dikehendakinya. Dan walaupun alam tidak memiliki keinginan dan kemampuan aktif-eksploitatif terhadap manusia, namun pelan tapi pasti, apa yang terjadi pada alam, langsung atau tidak langsung, akan terasa pengaruhnya bagi kehidupan manusia. Lingkungan yang indah dan lestari akan membawa pengaruh positif bagi kesehatan dan bahkan keselamatan manusia; sebaliknya, lingkungan yang buruk bagi kehidupan manusia. Tindakan eksploitatif manipulatif terhadap alam akan mengakibatkan kerusakan langsung terhadap alam, dan secara tidak langsung hal itu akan berdampak negatif bagi kehidupan manusia khususnya, dan kehidupan berbagai mahluk lain pada umumnya. Sebaliknya, apabila manusia menunjukkan kasih sayang yang besar terhadap alam, dengan memelihara dan melestarikannya, maka alam akan menjamin kelangsungan hidup manusia dalam suasana nyaman dan menyenangkan.

2.3 Nilai Nilai Lingkungan sebagai Sumber Belajar
Lingkungan yang ada di sekitar anak merupakan salah satu sumber belajar yang dapat dioptimalkan untuk pencapaian proses dan hasil pendidikan yang berkualitas bagi anak usia dini. Lingkungan menyediakan berbagai hal yang dapat dipelajari anak. Jumlah sumber belajar yang tersedia di lingkungan ini tidaklah terbatas, sekalipun pada umumnya tidak dirancang secara sengaja untuk kepentingan pendidikan. Sumber belajar lingkungan ini akan semakin memperkaya wawasan dan pengetahuan anak karena mereka belajar tidak terbatas oleh empat dinding kelas. Selain itu kebenarannya lebih akurat, sebab anak dapat mengalami secara langsung dan dapat mengoptimalkan potensi panca inderanya untuk berkomunikasi dengan lingkungan tersebut.
1.       Penggunaan lingkungan memungkinkan terjadinya proses belajar yang lebih bermakna (meaningfull learning) sebab anak dihadapkan dengan keadaan dan situasi yang sebenarnya. Hal ini akan memenuhi prinsip kekonkritan dalam belajar sebagai salah satu prinsip pendidikan anak usia dini.
2.       Penggunaan lingkungan sebagai sumber belajar akan mendorong pada penghayatan nilai-nilai atau aspek-aspek kehidupan yang ada di lingkungannya. Kesadaran akan pentingnya lingkungan dalam kehidupan bisa mulai ditanamkan pada anak sejak dini, sehingga setelah mereka dewasa kesadaran tersebut bisa tetap terpelihara.
3.       Penggunaan lingkungan dapat menarik bagi anak

Kegiatan belajar dimungkinkan akan lebih menarik bagi anak sebab lingkungan menyediakan sumber belajar yang sangat beragam dan banyak pilihan. Kegemaran belajar sejak usia dini merupakan modal dasar yang sangat diperlukan dalam rangka penyiapan masyarakat belajar (learning societes) dan sumber daya manusia di masa mendatang.
Penggunaan cara atau metode yang bervariasi ini merupakan tuntutan dan kebutuhan yang harus dipenuhi dalam pendidikan untuk anak usia dini. Begitu banyaknya nilai dan manfaat yang dapat diraih dari lingkungan sebagai sumber belajar dalam pendidikan anak usia dini bahkan hampir semua tema kegiatan dapat dipelajari dari lingkungan.
Lingkungan merupakan sumber belajar yang kaya dan menarik untuk anak-anak. Lingkungan mana pun bisa menjadi tempat yang menyenangkan bagi anak-anak. Contohnya pada saat belajar di kelas anak diperkenalkan oleh guru mengenai binatang, dengan memanfaatkan lingkungan anak akan dapat memperoleh pengalaman yang lebih banyak lagi. Dalam pemanfaatan lingkungan tersebut guru dapat membawa kegiatan-kegiatan yang biasanya dilakukan di dalam ruangan kelas ke alam terbuka dalam hal ini lingkungan. Namun jika guru menceritakan kisah tersebut di dalam ruangan kelas, nuansa yang terjadi di dalam kelas tidak akan sealamiah seperti halnya jika guru mengajak anak untuk memanfaatkan lingkungan.
Memanfaatkan lingkungan sekitar dengan membawa anak-anak untuk mengamati lingkungan akan menambah keseimbangan dalam kegiatan belajar. Artinya belajar tidak hanya terjadi di ruangan kelas namun juga di luar ruangan kelas dalam hal ini lingkungan sebagai sumber belajar yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan fisik, keterampilan sosial, dan budaya, perkembangan emosional serta intelektual.
Perkembangan Fisik
Lingkungan sangat berperan dalam merangsang pertumbuhan fisik anak, untuk mengembangkan otot-ototnya. Anak memiliki kesempatan yang alami untuk berlari-lari, melompat, berkejar-kejaran dengan temannya dan menggerakkan tubuhnya dengna cara-cara yang tidak terbatas. Kegiatan ini sangat alami dan sangat bermanfaat dalam mengembangkan aspek fisik anak.
Dengan pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajarnya, anak-anak menjadi tahu bagaimana tubuh mereka bekerja dan merasakan bagaimana rasanya pada saat mereka memanjat pohon tertentu, berayun-ayun, merangkak melalui sebuah terowongan atau berguling di dedaunan.
Perkembangan aspek keterampilan sosial
Lingkungan secara alami mendorong anak untuk berinteraksi dengan anak-anak yang lain bahkan dengan orang-orang dewasa. Pada saat anak mengamati objek-objek tertentu yang ada di lingkungan pasti dia ingin menceritakan hasil penemuannya dengan yang lain. Supaya penemuannya diketahui oleh teman-temnannya anak tersebut mencoba mendekati anak yang lain sehinga terjadilah proses interaksi/hubungan yang harmonis.
Anak-anak dapat membangun kterampilan sosialnya ketika mereka membuat perjanjian dengan teman-temannya untuk bergantian dalam menggunakan alat-alat tertentu pada saat mereka memainkan objek-objek yang ada di lingkungan tertentu. Melalui kegiatan sepeti ini anak berteman dan saling menikmati suasana yang santai dan menyenangkan.
Perkembangan aspek emosi
Lingkungan pada umumnya memberikan tantangan untuk dilalui oleh anak-anak. Pemanfaatannya akan memungkinkan anak untuk mengembangkan rasa percaya diri yang positif. Misalnya bila anak diajak ke sebuah taman yang terdapat beberapa pohon yang memungkinkan untuk mereka panjat. Dengan memanjat pohon tersebut anak mengembangkan aspek keberaniannya sebagai bagian dari pengembangan aspek emosinya.
Rasa percaya diri yang dimiliki oleh anak terhadap dirinya sendiri dan orang lain dikembangkan melalui pengalaman hidup yang nyata. Lingkungan sendiri menyediakan fasilitas bagi anak untuk mendapatkan pengalaman hidup yang nyata.
Perkembangan intelektual
Anak-anak belajar melalui interaksi langsung dengan benda-benda atau ide-ide. Lingkungan menawarkan kepada guru kesempatan untuk menguatkan kembali konsep-konsep seperti warna, angka, bentuk dan ukuran.
Memanfaatkan lingkungan pada dasarnya adalah menjelaskan konsep-konsep tertentu secara alami. Konsep warna yang diketahui dan dipahami anak di dalam kelas tentunya akan semakin nyata apabila guru mengarahkan anak-anak untuk melihat konsep warna secara nyata yang ada pada lingkungan sekitar.
Demikian beberapa hal yang berkaitan dengan dampak pemanfaatan lingkungan terhadap aspek-aspek perkembangan anak.
Contoh hal-hal yang dapat kita lakukan di rumah baik diri saya sendiri sebagai istri dan ibu rumah tangga maupun suami dan anak anak dalam rangka menjaga nilai-nilai lingkungan adalah sabagai berikut :
1.       Bertanggung jawab memakai air.
Menghindari kebiasaan membuang-buang air merupakan salah satu cara untuk menjaga ketersediaan air di planet bumi. Ajari si kecil untuk menutup air ketika mereka sedang menyikat gigi agar hemat.
2.       Ajak berkebun.
Taman di lingkungan rumah dapat memberikan kesejukan dan kesegaran bagi keluarga Anda, terutama ketika datang musim panas. Jika Anda tidak memiliki ruang untuk membuat taman, coba siasati dengan membuat taman mungil di beranda atau teras. Lewat kegiatan berkebun, si kecil bisa lebih peduli dengan tanaman di sekitar mereka.
3.       Matikan TV.
Anak-anak gemar menggunakan gadget elektronik, mulai dari menonton TV sampai surfing di internet. Peralatan elektronik ini mengonsumsi energi listrik yang besar. Ajari anak-anak di rumah untuk mematikan dan mencabut gadget elektronik ketika tidak digunakan.
4.       Daur ulang barang.
Penanganan sampah dengan cara mendaur ulang sudah hal biasa diterapkan untuk sampah rumah tangga. Tapi, menangani sampah tanpa proses penghancuran (repurposing) akan bagus lagi. Hal ini sekaligus untuk mengurangi pembuangan sampah ke tempat pembuangan akhir sampah.

2.5 Nilai Nilai Lingkungan Hidup Alami Sekarang
Baru-baru ini, para ilmuwan dan ekonom bekerja sama dalam suatu penelitian tentang lima habitat alami yang diubah fungsinya untuk kepentingan manusia dan demi keuntungan komersial. Sebuah hutan tropis di Malaysia dibabat habis untuk industri kayu gelondongan, sebuah hutan tropis di Kamerun diubah menjadi perkebunan kelapa sawit [Elaeis guineens] dan karet, sebuah rawa bakau di Thailand diubah menjadi tambak udang, sebuah rawa air tawar di Kanada dikeringkan untuk pertanian, dan sebuah terumbu karang di Filipina diledakkan untuk memperoleh ikan dalam jumlah besar.
Para peneliti mendapatkan berbagai hasil yang mengejutkan. Andaikan kelima lingkungan hidup alami tersebut dipertahankan, nilai ekonomis jangka panjangnya bagi masyarakat akan 14 sampai 75 persen lebih banyak daripada setelah diubah. Malah, akibat campur tangan manusia, rata-rata separuh dari nilai sebuah ekosistem lenyap, dan setiap tahunnya perubahan lingkungan hidup memakan biaya sebesar 250 miliar dolar AS. Sebaliknya, pelestarian alam atau konservasi hanya menghabiskan biaya 45 miliar dolar AS. Para peneliti mengatakan bahwa ”barang dan jasa” dalam bentuk makanan, air, udara, penaungan, bahan bakar, pakaian, obat-obatan, dan perlindungan terhadap badai serta banjir yang dihasilkan sedikitnya akan bernilai 4,4 triliun dolar AS, dengan rasio 100 keuntungan banding 1 kerugian, lapor surat kabar London The Guardian. Dr. Andrew Balmford dari Cambridge University, Inggris, yang memimpin penelitian tersebut berkata, ”Aspek ekonominya sangat suram. Kami memang memperkirakan angka rasionya akan memenangkan konservasi, tetapi kami tidak menyangka nilainya sebesar ini.”
Sungguh menyedihkan, bahkan sejak KTT Bumi tahun 1992 di Rio de Janeiro, sebanyak 11,4 persen lingkungan hidup alami di bumi telah diubah. Perubahan tersebut terutama disebabkan oleh ketidaktahuan tentang kerugian yang dialami dan oleh hasrat untuk meraih keuntungan jangka pendek. Sepuluh tahun kemudian, pada KTT Dunia tentang Pembangunan yang Berkesinambungan yang diselenggarakan di Johannesburg, tidak ada jalan keluar yang pasti untuk mengatasi dilema tersebut.
Satu hal lagi yang terjadi di negara yang kita cintai ini, untuk mendapat dana kompensasi guna mengonservasi hutan, mekanisme reducing emissions from deforestation in developing contries (REDD) yang ditawarkan Indonesia dalam pertemuan Bali, patut diduga hanya akan menguntungkan negara maju. Mereka akan menguasai data rinci dan informasi akurat serta komprehensif tentang kehutanan Indonesia. Data itu pun harus diolah menggunakan teknologi canggih yang tidak kita kuasai. Tidak berlebihan bila pemerintah harus mewaspadainya sejak dini.
Faktanya, sebelum ini AS hanya menawarkan bantuan dana puluhan juta dollar AS dengan segala diktenya. Mereka mengharap agar hutan kita diparkir saja. Australia juga menyumbang 30 juta dolar Australia dan Jerman memberi 20 juta euro (Tempo, 27/8/2007).
Bantuan yang ”kecil” itu berpotensi mengganggu kedaulatan RI. Masalahnya kini, apakah PP No 2/2008 yang akan lebih memudahkan Indonesia memperoleh dana dari penyewaan lahan hutan tidak akan mengganggu kelestarian hutan dalam menjaga lingkungan? Hal ini juga berpotensi memunculkan ”dikte-dikte” baru negara maju atas pembangunan dan perekonomian kita.
Sebelum PP No 2/2008 terbit, pernah muncul wacana baru. Daripada dibodohi negara maju yang tidak mampu menjaga hutan serta menyebabkan terjadinya gas rumah kaca dan naiknya suhu dunia, bagaimana jika fungsi hutan Indonesia kita zakatkan saja. Maka, daripada dicatat sebagai negara perusak hutan terbesar, Indonesia dapat dideklarasikan sebagai salah satu negara donor lingkungan terbesar di dunia dengan kontribusi minimal 100 miliar dollar AS per tahun.

2.6 Kuantifikasi Nilai Lingkungan
Jika kita berbicara masalah kuantifikasi, sudahlah pasti akan berhubungan dengan pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut : berapa nilai rupiah kerusakan lingkungan karena kegiatan pembangunan, berapa rupiah yang diperlukan untuk memperbaikinya, dan berapa nilai kemanfaatan ekonomi kalau lingkungan itu dijaga atau diperbaiki, sudah sejauhmana kerusakan lingkungan yang telah kita perbuat dan masih banyak lagi pertanyaan-pertanyaan lain yang perlu dijawab secara kuantitatif. Misalnya berapa dana yang sudah dihabiskan untuk memperbaiki rumah-rumah penduduk yang terkena longsor akibat dari penebangan hutan. Adapun cara-cara untuk mengatasinya adalah kita sendiri harus mengerti, paham dan yakin bahwa kita bisa memelihara nilai-nilai lingkungan dan dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu untuk menjaga nilai-nilai lingkungan tersebut dapat juga dilakukan melalui :
1.  Mempromosikan etika pelestarian yang kuat, kesadaran serta aksi di kalangan   masyarakat
2.      Memfasilitasi upaya multi pihak untuk melindungi keanekaragaman hayati
3.    Melakukan advokasi kebijakan, hukum dan penegakan hukum yang mendukung upaya pelestarian lingkungan
4.  Mempromosikan pelestarian bagi kesejahteraan masyarakat, melalui pemanfaatan  sumber daya alam secara berkelanjutan.



BAB III
PENUTUP

Menjaga nilai-nilai lingkungan bukanlah hal yang mudah, sungguh semuanya diluar kekuasaan kita sebagai manusia terhadap apa yang telah terjadi saat ini. Pembangunan yang banyak dilakukan sekarang ini seolah-olah mengabaikan dampaknya terhadap lingkungan walaupun sebelum pembangunan tersebut  sudah ada namanya kajian AMDAL tapi masih berakibat buruk terhadap lingkungan. Melihat itu, makanya saya dalam paper ini lebih memprioritaskan membahas nilai-nilai lingkungan yang difokuskan kepada nilai-nilai lingkungan sebagai sumber belajar, yang mengutamakan anak-anak, karena anak adalah amanah dari Yang Maha Kuasa. Disamping itu, anak adalah generasi penerus yang akan memikirkan bagaimana kehidupan nantinya terutama pemeliharaan lingkungan. Anak harus mendapat pendidikan yang baik tentang pentingnya menjaga lingkungan sejak kecil. Kebiasaan ramah lingkungan yang dibentuk sejak usia dini ini diharapkan bisa terus menjadi gaya hidup anak di usia dewasa.



DAFTAR PUSTAKA

Diakses dari : makalahmajannaii.blogspot.com/2012/06/manusia-dan-lingk...,tgl 28 Maret 2013 pukul 09.26 WIB
Diakses dari id.shvoong.com › Menulis & BicaraPresentasi , tgl 26 Maret 2013 pkl 09.42 WIB
Diakses dari ml.scribd.com/doc/36358170/PENGERTIAN-LINGKUNGAN, tgl 26 Maret 2013        Pukul 09.38 WIB
www.suplirahim2013.blogspot.com , tgl 28 maret 2013 pukul 10.26 WIB
visionerpd.blogspot.com/2012/.../menghargailingkungan-menjaga.ht... tgl 28 Maret 2013           pukul 09.50 WIB
jasapembuatanweb.co.id/.../nilai-nilai-lingkungan-sebagai-sumber-be...  tgl 26 Maret 2013     pukul 12.15 WIB
dunia remaja.net tgl 26 maret 2013 pukul 12.57 WIB
wol.jw.org/id/wol/d/r25/lp-in/102004412,  tgl 26 Maret 2012 pukul 10.14 WIB

1 komentar: